Dengan kecerdasan buatan menjadi bidang inti dalam strategi geopolitik dan persaingan teknologi global, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memulai perjalanan ke tiga negara di Timur Tengah pada pertengahan Mei, secara bertahap menandatangani perjanjian ekonomi dan militer senilai lebih dari satu triliun dolar dengan Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Perjalanan ini tidak hanya berfokus pada diplomasi tradisional dan penjualan senjata, tetapi juga bekerja sama dengan raksasa teknologi Amerika seperti NVIDIA, AMD, Open AI, dan TSL untuk mendorong investasi industri AI dalam skala besar, menunjukkan niat Amerika untuk mendominasi pengembangan AI di Timur Tengah dengan strategi baru.
Sementara itu, Trump juga mengumumkan pelonggaran beberapa pembatasan ekspor chip AI, yang memicu perhatian tinggi dari pihak luar. Meskipun langkah ini diharapkan dapat memperkuat aliansi teknologi AI baru antara Amerika Serikat dan Timur Tengah, hal ini juga disertai dengan risiko potensial seperti kemungkinan aliran keluar teknologi chip AI ke China dan penyebaran aplikasi militer, sehingga memicu perpecahan tajam di dalam Washington mengenai kebijakan AI baru Trump.
Menurut media Jepang